welcome ;)

Senin, 17 Januari 2011

Junko Furuta (true story)


Pada tanggal 25 November, 1988 empat laki-laki, cowok A (17 thn), cowok B (18 thn), cowok C (16 thn), cowok D (17thn) menculik dan menahan Furuta, siswi kelas 3 SMA dari Misato, Saitama Prefecture, selama 44 hari. Mereka menjadikan dia tahanan di rumah yang dimiliki oleh orang tua cowok C, yang terletak di distrik Ayase dari Adachi,Tokyo.
Untuk mencegah pemburuan polisi, salah satu dari mereka memaksa Furuta untuk menelepon orangtuanya dan memberitahu mereka bahwa dia kabur dari rumah, tapi dengan"seorang teman" dan tidak dalam bahaya. Dia juga menyuruh Furuta untuk menyamar sebagai salah satu pacar dari salah satu diantara mereka ketika orang tua rumah tempat ia ditahan sedang ada dirumah, tetapi ketika sudah jelas bahwa orang tua C tidak akan memanggil polisi, mereka menyudahi sandiwara tersebut. Furuta mencoba melarikan diri beberapa kali, memohon pada orang tua C lebih dari sekali untuk membantunya, tapi mereka tidak melakukan apa pun, tampaknya karena takut kalau cowok A akan menyiksa mereka. Cowok A pada saatseorang pemimpin yakuza tingkat rendah dan telah membual bahwa ia bisa menggunakan koneksinya untuk membunuh siapa saja yang ikut campur.

Menurut laporan mereka di sidang mereka, mereka berempat memperkosa, memukulnya dengan batang logam dan klub golf, memasukkan bermacam-macam benda asing termasuk bola lampu ke dalam vagina, membuatnya minum urinnya sendiri dan makan kecoak,kembang api dimasukkan ke dalam anusnya dan meledakannya,memaksa furuta untuk masturbasi, memotong pentilnya dengan tang, menjatuhkan barbell ke perutnya, dan dibakar dengan rokok dan korek api. Salah satu dari pembakaran itu adalah hukuman karena berusaha untuk memanggil polisi. Pada satu titik lukanya sangat parah hingga menurut salah satu dari cowok itu butuh lebih dari satu jam untuk merangkak turun tangga untuk menggunakan kamar mandi. Ketika anak laki-laki tersebut menolak untuk membiarkan Furuta pergi, Furuta memohon pada mereka untuk "membunuhnya dan menyelesaikannya dengan cepat"

Pada tanggal 4 Januari 1989, dengan menggunakan alasan kalah main mahyong, mereka memukuli Furuta dengan barbell besi, menuang cairan ringan di kakinya,lengan, wajah dan perut, dan lalu membakarnya. Tak lama kemudian, Furuta meninggal pada hari itu juga karena shock. Keempat cowok itu menyatakan bahwa mereka tidak menyadari betapa parah luka dia, dan bahwa mereka mengira ia berpura-pura sakit.
Pada tanggal 5 Januari, para pembunuh itu menyembunyikan mayatnya di sebuah drum 55 galon diisi dengan semen, para pelaku membuang drum tersebut di sebidang tanah reklamasi di Koto, Tokyo.

Para cowok itu ditangkap dan disidangkan sebagai orang dewasa, tapi karena jepang menangani kejahatan yang dilakukan oleh yang masih dibawah umur, identitas mereka disembunyikan oleh persidangan. Tapi bagaimanapun juga, seminggu kemudian, majalah mingguan bernama shukan bunshun menerbitkan nama mereka, dengan menyatakan “hak asasi tidak dibutuhkan oleh penjahat biadab.” Mereka juga menerbitkan Nama asli furuta dan detail tentang kehidupan pribadinya dan menerbitkanya dengan sangat napsu di media. Kamisaku (cowok A) dituntut sebagai pemimpin para cowok itu, menurut persidangan.

Keempat cowok itu diberi keringanan dengan dinyatakanya bersalah dalam tuntutan “membuat luka fisik yang menyebabkan kematian”, dibandingkan tuntutan pembunuhan. Orang tua cowok A menjual rumah mereka dengan harga sekitar 50 juta yen atau 5 miliar rupiah dan membayarnya sebagai kompensasi untuk keluarga furuta.

Untuk partisipasinya di kejahatan ini, kamisaku harus menjalani 8 tahun di penjara anak-anak sebelum dia dibebaskan di bulan agustus 1999. di bulan juli 2004, kamisaku ditangkap karena mencelakai seorang kenalan, yang dia pikir membuat pacarnya menjauhi dia, dan dengan bangga membanggakan tentang keluarganya sebelum mencelakai kenalannya itu. Kamisaku dihukum 7 tahun dengan tuntutan memukuli.
orangtua junko furuta terkejut dengan kalimat yang diterima dari pembunuh anak perempuanya, dan bergabung dengan grup masyarakat melawan orangtua cowok C yang rumahnya dijadikan tempat menyekap. Ketika beberapa masalah ditimbulkan dari bukti (semen dan rambut yang didapat dari tubuh itu tidak cocok dengan para cowok-cowok yang ditangkap), pengacara yang menangani lembaga masyarakat memutuskan untuk tidak membantu mereka lagi karena merasa ga ada bukti berati ga ada kasus atau dakwaan. ada spekulasi bahwa bukti yang mereka dapat itu didapat dari orang tidak teridentifikasi yang memperkosa atau ikut mukulin furuta.

satu dari yang paling menggangu dari kisah nyata ini adalah bahwa para pembunuh furuta sekarang bebas. Setelah membuat junko furuta melalui berbagai penderitaan, mereka adalah cowok bebas sekarang.

Kasus ini menarik perhatian nasional terhadap hukuman dan rehabilitasi pelanggarmuda, terutama dalam konteks pemuda dibebankan sebagai orang dewasa, danmenjadi sensasi media.
Setidaknya dua buku bahasa Jepang telah ditulis mengenai insiden itu.
Sebuah film eksploitatif, Joshikōsei konkurīto-zume satsujin-Jiken (女子高 生 コンクリート 詰め 殺人 事件 Concrete-Encased High School Girl Murder Case?), dibuat tentang insiden ini oleh sutradara Katsuya Matsumura pada tahun 1995. Yujin Kitagawa (kemudian anggota musik duo Yuzu) memainkan peran biang kerok utama dalam film tersebut.
film lain, Beton (コンクリート?, AKA Schoolgirl in Cement), disutradarai oleh Hiromu Nakamura, dibuat pada tahun 2004 berdasarkan salah satu buku yang ditulis tentang insiden itu.
Pada tahun 2006, Visual Kei Jepang / band rock the GazettE merilis sebuah lagu di album NIL mereka yang berjudul "Taion" (Suhu Tubuh), lagunya adalah penghargaan bagi gadis itu.
Waita Uziga's "True Modern Stories of the Bizarre" meliputi cerita: Schoolgirl Pada Beton, berdasarkan kasus pembunuhan Junko furuta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar