welcome ;)

Rabu, 26 Mei 2010

Sejarah Nama-Nama Planet




Sejak zaman dahulu orang dari berbagai bangsa berusaha memberi nama planet-planet, terutama lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi, yakni Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus, yang dapat mereka lihat dengan mata telanjang.

Pada abad ke-6 sebelum masehi, bangsa Yunani menamakan Merkurius dengan nama Stilbon yang berarti cemerlang. Untuk Mars mereka sebut dengan Pyoroeis yang berarti berapi. Phaethom yang berarti berkilau untuk Yupiter. Dan Phainon yang berarti bersinar untuk Saturnus. Hanya untuk Venus bangsa Yunani memberikan dua nama, yaitu Phosphoros (pembawa cahaya) dan Hesperos (bintang sore). Hal itu karena bangsa Yunani menganggap Venus, yang senantiasa muncul pada pagi dan sore hari itu adalah dua planet yang berbeda.

Sekitar dua abad kemudian, abad ke-4 sebelum masehi, Aristoteles menamakan planet-planet tersebut dengan nama-nama dewa dalam mitologi. Merkurius disebutnya Hermes, Mars disebutnya Ares, Zeus untuk Yupiter, Kronos untuk Saturnus, dan Aphrodite untuk Venus.

Kebudayaan Romawi kemudian tampil ke puncak keemasannya setelah kebudayaan Yunani mulai meredup. Bangsa Romawi menamakan planet-planet tersebut sesuai dengan nama dewa-dewa mereka mengadopsi cara Aristoteles.




Adapun Uranus, nama planet ketujuh yang ditemukan, sebenarnya bukan nama dewa Roamawi, melainkan dewa Yunani. Bangsa Romawi tidak mempunyai nama padanan untuk dewa Uranus. Hanya saja Uranus tetap mereka berikan untuk nama planet ke-7 tersebut, mengingat Uranus adalah bapak dari Kronos (Saturnus).

Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.
Palnet ke-9 diberi nama Pluto, nama dewa kebudayaan dalam mitologi Romawi yang menguasai dunia kematian. Nama Pluto diberikan mungkin karena planet tersebut sama gelap dan dinginnya dengan dewa Pluto. Selain juga misteri yang menyelimutinya.
Sebelum dinamakan Pluto, telah terdapat beberapa usulan nama untuk planet kecil tersebut, diantaranya Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan, dan Constante, yang merujuk pada nama pendiri observatorium tempat bekerja Clyde William Tombaugh, si penemu Pluto. Kedua usulan nama dan usulan nama-nama lainnya ditolak dan planet kecil tersebut tetap dinamakan Pluto.

Sejak tanggal 24 Agustus 2006, Pluto tidak lagi disebut planet, melainkan planer kerdil (Drawf Planet).

Sumber : Buku Serba Tahu, penerbit : Pustaka Widyatama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar