welcome ;)

Selasa, 29 Maret 2011

AWAS STRESS AKIBAT TEKNOLOGI

Resep sehat sebetulnya sederhana saja. Cukup tidur dan minum air putih sesuai dengan kebutuhan. Namun, berdasarkan survei terbaru National Sleep Foundation mengenai kebiasaan tidur di Amerika tidak memiliki kualitas tidur yang baik.

Dalam survei itu, sebanyak 95% dari 1.508 responden mengakui terbiasa menyalakan televisi, mengakses internet, memainkan game atau sekedar bertukar kabar melalui telepon sebelum mereka terlelap. Aktivitas itu dilakukan minimal tiga hari dalam seminggu.

“Padahal seluruh perangkat elektronik tersebut dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang” kata Lauren Hale, salah satu peneliti dari Stony Brook University School of Medicine, seperti dikutip dari laman Usa Today.

Kata Hale, teknologi komunikasi sering kali menghasilkan emisi radiasi ringan yang menekan hormon melatonin sehingga membuat seseorang sulit tertidur. Begitu juga dengan cahaya dan suara dari perangkat tersebut dapat menunda kantuk seseorang.

“Dugaan sementara adalah semakin aktif penggunaan teknologi komunikasi, semakin buruk akibatnya untuk kebiasaan tidur Anda. Ini disebabkan efek psikologi dari stimulasi otak di malam hari,” lanjut Hale.

Ketika kita menonton televisi, atau main game, tanpa terasa kita menghabiskan waktu lebih banyak untuk tetap terjaga.


Kurang tidur

Di Amerika, menonton televisi masih merupakan gangguan paling populer untuk semua umur. Dua pertiga dari responden usia 30-64 tahun dan setengah dari responden 13-29 tahun mengaku menonton televisi minimal 1 jam sebelum tidur.

Sekitar 61% dari responden juga melaporkan kebiasaan mereka menggunakan laptop atau komputer minimal 1 jam sebelum tidur, setidaknya tiga malam perminggu. Namun, setengah responden usia 13-29 tahun menyebutkan selalu mengakses internet setiap malam sebelum tidur.

Kebiasaan menelpon dimalam hari juga umum dilakukan orang-orang muda. Sebanyak 56% dari responden usia 13-18 tahun dan 42% dari responden berumur 19-29 mengaku selalu membaca dan mengirimkan pesan pendek setiap malam sebelum tidur. dan satu dari lima orang melaporkan selalu terbangun minimal pada tiga malam per minggu gara-gara dering ponsel, SMS, ataupun e-mail.

Lantaran itu, Hale menyarankan untuk mematikan ponsel di malam hari. Toh terbukti, responden yang menggunakan ponsel sebelum tidur mengaku sulit lelap dan terbangun dipagi hari dalam kondisi lelah. Efek itu berakibat sangat buruk pada responden usia muda.

“Karena tidur adalah proses sangat penting untuk belajar, hubungan interpersonal, dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Coba bayangkan anak umur 13 tahin yang kurang tidur. dia akan mengalami konsekuensi buruk ini,” tegas Hale.


Technostress

Serbuan teknologi bukan Cuma mengganggu kualitas tidur, melainkan juga mengganggu konsentrasi lantaran otak didesaki asupan informasi.

Meskipun otak dapat bekerja dengan kemampuan melakukan aneka jenis pekerjaan (multitasking), bukannya tak mungkin konsentrasi anda berpindah. Bisa jadi Anda justru meninggalkan tugas-tugas utama kemudian memilih tugas alternatif yang bukan prioritas.

Nah, hati-hati jika sudah begini, anda bisa terjangkit stress gara-gara teknologi. Istilahnya technostress.

Pakar psikologi dari California State University, Amerika Serikat, Larry D Rosen, PhD menyebutkan, multitasking mempertinggi reaksi kimia tubuh dan mendongkrak sistem fisiologis. Ujung-ujungnya, indera seseorang dapat tumpul dan sulit berpikir jernih.

“Reaksi kimia dalam otak memperngaruhi kesegaran tubuh dan kebugaran pikiran. Ketika mengalami kelelahan, anda mudah tersinggung. Tidur malam mengatur dan memulihkan kelelahan otak setelah seharian beraktivitas. Dengan tidur, anda dapat tenang dan rileks,” kata Rosen.

Dia menyarankan waktu interaksi secara fisik, misalnya mengobrol saat makan malam tanpa terganggu aktivitas ponsel, sebagai upaya menghindari technostress.

Sebab, saat ini, yang kerap ditemui adalah sekumpulan orang yang asyik dengan ponsel mereka meski duduk bersama dalam satu ruangan. Bahkan dalam keluarga.

Bisa saja seorang ibu sedang asyik chatting dengan temannya lewat ponsel, anak-anak asyik bermain video game dan sang ayah sibuk mengirim surat elektronik didepan laptopnya. “Teknologi cenderung menghasilkan aktivitas perorangan,” kata Rosen. “Jika anda terus membiarkan anak-anak bermain karena mereka terpapar oleh pesona multimedia, teknologi akan memegang kendali kekuasaan kepada anak-anak anda. Mereka akan bermain selama 24 jam penuh,” tegasnya.

Jadi sebelum benar-benar terjajah teknologi komunikasi, pastikan perangkat komunikasi off saat bersama keluarga.


Sumber: koran Media Indonesia, edisi 9 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar